Dalam kebanyakan kasus diare yang terjadi akibat antibiotik umumnya bersifat ringan seperti tinja menjadi lebih encer, frekuensi buang air besar (BAB) yang meningkat serta adanya dorongan yang lebih sering untuk ke kamar mandi. Kenapa habis minum antibiotok jadi diare?
Gejala ini akan berhenti setelah seseorang tidak lagi mengonsumsi obat tersebut. Diare yang disebabkan oleh antibiotik biasa disebut dengan antibiotic associated diarrhea (AAD).
Saluran pencernaan manusia terutama usus memiliki peran yang penting dalam proses pencernaan dan ekskresi. Usus ini diketahui mengandung bakteri baik (probiotik) dan juga jahat (bisa menyebabkan penyakit).
Pada kondisi tertentu antibiotik yang dikonsumsi turut membunuh bakteri baik yang terdapat di dalam usus, padahal bakteri ini bertugas membunuh mikroba yang tidak diinginkan.
Selain itu bisa juga antibiotik ini mengganggu proses metabolisme sehingga penyerapan asam lemak rantai pendek menjadi berkurang dan memicu diare. Umumnya diare terjadi jika seseorang mengonsumsi antibiotik dalam jangka waktu lama biasanya setelah 7-10 hari, seperti dikutip dari Buzzle, Senin (4/7/2011).
Beberapa obat antibiotik yang bisa menyebabkan diare atau AAD umumnya penicillin, clindamycin, cephalosporins, quinolones dan tetracyclines. Namun penggunaan obat ini memiliki reaksi yang berbeda-beda antar individu.
Jika antibiotik terus menerus dikonsumsi, maka gejala ringan yang muncul bisa menjadi lebih berat karena jumlah bakteri baik di dalam usus semakin berkurang. Gejala berat yang muncul meliputi sakit perut, demam, diare berair hingga darah dalam feses.
Gejala berat yang tidak ditangani dengan baik bisa memicu terjadinya colitis dan pseudomembranous colitis yang merupakan kasus radang usus besar. Untuk itu segera hentikan konsumsi antibiotik dan konsultasikan dengan dokter untuk meresepkan obat berbeda yang mengandung bakteri baik.
Gejala ini akan berhenti setelah seseorang tidak lagi mengonsumsi obat tersebut. Diare yang disebabkan oleh antibiotik biasa disebut dengan antibiotic associated diarrhea (AAD).
Saluran pencernaan manusia terutama usus memiliki peran yang penting dalam proses pencernaan dan ekskresi. Usus ini diketahui mengandung bakteri baik (probiotik) dan juga jahat (bisa menyebabkan penyakit).
Pada kondisi tertentu antibiotik yang dikonsumsi turut membunuh bakteri baik yang terdapat di dalam usus, padahal bakteri ini bertugas membunuh mikroba yang tidak diinginkan.
Selain itu bisa juga antibiotik ini mengganggu proses metabolisme sehingga penyerapan asam lemak rantai pendek menjadi berkurang dan memicu diare. Umumnya diare terjadi jika seseorang mengonsumsi antibiotik dalam jangka waktu lama biasanya setelah 7-10 hari, seperti dikutip dari Buzzle, Senin (4/7/2011).
Beberapa obat antibiotik yang bisa menyebabkan diare atau AAD umumnya penicillin, clindamycin, cephalosporins, quinolones dan tetracyclines. Namun penggunaan obat ini memiliki reaksi yang berbeda-beda antar individu.
Jika antibiotik terus menerus dikonsumsi, maka gejala ringan yang muncul bisa menjadi lebih berat karena jumlah bakteri baik di dalam usus semakin berkurang. Gejala berat yang muncul meliputi sakit perut, demam, diare berair hingga darah dalam feses.
Gejala berat yang tidak ditangani dengan baik bisa memicu terjadinya colitis dan pseudomembranous colitis yang merupakan kasus radang usus besar. Untuk itu segera hentikan konsumsi antibiotik dan konsultasikan dengan dokter untuk meresepkan obat berbeda yang mengandung bakteri baik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar