Kamis, 28 Juli 2011

OPTIMISME, MEMBUAT HIDUP JADI HIDUP

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi32MpHnkX9inf7ht6QIpkzoP-Yrxw3TEfzSpJM2HAhzMQBQQ4ayQhII9S53Xbj_qdOv_VGpoZ7v1cWRJ6seTn7piYwHMPMO7pwuPFTS2KIKzoiAYuk_R-URu5v6QOs_yBc0kxOnI6siIE/s1600/optimis.jpg
Optimisme adalah suatu sikap yang lahir dari dalam diri individu yang merupakan sikap terhadap masalah yang sedang dihadapi. Sikap terhadap sesuatu mengandung unsur penilaian (positif atau negatif). Sikap optimisme merupakan pilihan yang dimunculkan seseorang dalam mempersepsikan masalahnya. Sikap optimis bertolak belakang dengan sikap pesimis yang berorientasi pada sikap yang negatif. 
Banyaknya tekanan hidup yang harus dialami seseorang membuat kebanyakan orang mengalami frustasi. Beberapa orang karena menghadapi beban pekerjaan yang berat harus mengalami stres pekerjaan. Problem lainnya seperti bencana alam dan kematian orang dekat juga bisa membuat depresi dan frustasi. Hanya sedikit orang yang sanggup menghindari tekanan hidup sehari-hari yang dapat membuat orang frustrasi dan berpandangan pesimistis. Namun, meski menghadapi kesukaran dan tekanan hidup, berpikir secara optimis bermanfaat khususnya untuk kesehatan.
Optimisme adalah sebuah kekuatan terbesar manusia. Optimisme memberikan energy dan arah pada tujuan yang lahir sebelum aksi nyata. Para orator ulung dan para penulis besar telah mengubah dunia dengan kemampuan berkomunikasi yang mereka miliki. Itu terjadi karena mereka telah berpikir optimis jauh-jauh hari sebelum ia dikenal orang. Saat ia mulai ke puncak pencapaiannya, amat banyak tantangan yang harus ia tundukkan. Ia terus berjalan di jalan yang telah ia pilih. Yang orang tahu hanyalah secuil keberhasilannya, sedangkan ratusan, bahkan ribuan ketidakberhasilannya tak dihiraukan lagi. Begitulah hasil pola pikir optimis.
Optimisme (dalam Islam hampir sepadan dengan kata husnu dzan), berpikir positif atau yang lebih dikenal dengan positive thinking adalah sebuah formula. Sebuah paradigma. Sebuah kerangka pikiran. Sebuah sistem cara berpikir. Memandang sesuatu dari segi baiknya saja, kendati orang lain menganggapnya buruk.
Orang optimis biasanya lebih mungkin bisa mencapai apa yang ia inginkan, bila dibanding dengan orang pesimis, yakni orang yang melihat sesuatu dari sudut negatif. Orang pesimis telah gagal, bahkan sebelum mulai sesuatu. Orang optimis telah berhasil, bahkan sebelum ia memulai pekerjaannya (Napoleon Hill dalam Berpikir dan menjadikaya).
Di sana akan ditemukan hal tak terduga, yakni, ternyata selama ini orang hidup dalam lingkungan yang pesimis, tidak ada harapan untuk maju. Tidak ada harapan untuk hidup bahagia. Sebagian besar orang terjebak dalam paradigmanya sendiri. Paradigma yang jauh dari kenyataan semesta.
Pengertian
Apa yang dimaksud dengan optimisme atau bersikap optimis? Optimisme merupakan sikap selalu mempunyai harapan baik dalam segala hal serta kecenderungan untuk mengharapkan hasil yang menyenangkan. Optimisme dapat juga diartikan berpikir positif. Jadi optimisme lebih merupakan paradigma atau cara berpikir.
Sewaktu mengalami kegagalan atau tekanan hidup, bagaimana perasaan seorang optimis? Seorang yang berpikiran positif atau berpikir secara optimis tidak menganggap kegagalan itu bersifat permanen. Hal ini bukan berarti bahwa ia enggan menerima kenyataan. Sebaliknya, ia menerima dan memeriksa masalahnya. Lalu, sejauh keadaan memungkinkan, ia bertindak untuk mengubah atau memperbaiki situasi.
Bertolak belakang dengan optimisme, pandangan pesimistis akan menganggap kegagalan dari sisi yang negatif. Umumnya seorang pesimis sering kali menyalahkan diri sendiri atas kesengsaraannya. Ia menganggap bahwa kemalangan bersifat permanen dan hal itu terjadi karena sudah nasib, kebodohan, ketidakmampuan, atau kejelekannya. Akibatnya, ia pasrah dan tidak mau berupaya.
Berpikir positif juga menjadi kunci sukses untuk mengelola stres. Optimisme akan membuat seseorang menghadapi situasi tidak menyenangkan dengan cara positif dan produktif.
Dimana saja seharusnya sikap optimisme itu dimunculkan? Menurut Victor Frankl, Sikap optimis itu dapat dimunculkan dimana saja, bahkan dalam penderitaan sekalipun. Dari pandangan ini kemudian memunculkan pendekatan logoterapi dalam psikologi.
Perbedaan Sikap Optimisme dengan Pesimisme
Dum Spiro Spero mengungkapkan: (Dimana ada kehidupan, disana ada harapan!) … Bila saya adalah salah satu dari benda-benda di langit, saya akan bersinar diatas yang baik dan buruk … Tetapi saya adalah seorang manusia.
Sikap mental orang pesimis menjurus kepada keputusasaan, sikap mental orang optimis memancarkan harapan. Sikap mental kedua, yaitu orang optimis yang harus kita peluk erat. Optimis sepanjang waktu akan membuat kita tetap bersemangat menjalani hari-hari yang kadang kita rasa membosankan.
Optimisme menghasilkan engergi positif, tetapi pesimisme menguras energy yang ada dengan menutupi atau membuang-buang energy yang ada. Jika pesimisme menuntun kedepan, maka pesimisme mendorong kebelakang, bahkan jauh kebelakang menjadi orang-orang yang neurotic.
Mamfaat Sikap Optimisme
Para ilmuwan telah membuat kesimpulan atas riset selama puluhan tahun tentang manfaat berpikir positif dan optimisme bagi kesehatan. Hasil riset menunjukkan bahwa seorang optimis lebih sehat dan lebih panjang umur dibanding orang lain apalagi dibanding dengan orang pesimis. Para peneliti juga memperhatikan bahwa orang yang optimistis lebih sanggup menghadapi stres dan lebih kecil kemungkinannya mengalami depresi. Berikut ini beberapa manfaat bersikap optimis dan sering berpikir positif.
· Lebih panjang umur
· Lebih jarang mengalami depresi
· Tingkat stres yang lebih kecil
· Memiliki daya tahan tubuh yang lebih baik terhadap penyakit
· Lebih baik secara fisik dan mental
· Mengurangi risiko terkena penyakit jantung
· Mampu mengatasi kesulitan dan menghadapi stres
Mengapa manfaat ini bisa diperoleh bagi orang yang optimis dan berpikiran positif? Karena biasanya orang yang optimis akan menghindari kegiatan yang dilakukan orang yang pesimis dalam menghadapi stres dan tekanan hidup. Orang pesimis ketika menghadapi stres akan mengalihkan perhatian dengan kegiatan seperti merokok, konsumsi alkohol, dan menikmati makanan tanpa terkendali. Sedangkan seorang optimis akan melakukan lebih banyak aktivitas fisik yang positif, mengikuti diet sehat, serta mengurangi rokok dan alkohol.
Cara untuk Bersikap Lebih Optimistis
Jika Anda sering berpikir secara negatif terhadap orang lain ataupun terhadap situasi yang berat, bukan berarti Anda tidak dapat berpikir positif. Anda dapat mengubah cara berpikir negatif menjadi positif. Tidaklah sulit untuk melakukannya, namun membutuhkan waktu dan latihan untuk membuat kebiasaan baru ini. Berikut ini beberapa cara untuk lebih optimistis dan memiliki pikiran dan sikap yang positif.
· Periksa diri Anda (instropeksi diri/Muhasabah)
Sewaktu berpikir bahwa tidak akan bisa menikmati suatu peristiwa buruk atau tidak akan sukses melakukan suatu tugas, segera singkirkan pikiran itu. Berfokuslah pada hal positif yang akan dihasilkan. Lakukan pemeriksaan secara berulang. Jika pikiran negatif lebih banyak, maka segera alihkan dengan pikiran positif.
· Ikuti gaya hidup sehat
Berolahraga tiga kali sehari dapat mengubah suasana hati menjadi positif dan mengurangi stres. Pola makan yang sehat juga mempengaruhi pikiran dan tubuh. Serta coba mengelola stres.
· Nikmati pekerjaan (Enjoy)
Berupayalah menikmati pekerjaan Anda. Tidak soal pekerjaan Anda, carilah aspek-aspek yang menyenangkan.
· Cari teman yang positif
Carilah teman-teman yang memandang kehidupan dengan positif. Orang-orang demikian adalah orang yang optimis dan selalu mendukung dengan memberi saran yang baik. Sebaliknya jika dikelilingi oleh orang-orang pesimis, akan meningkatkan stres bahkan membuat ragu untuk mengelola stres dengan cara yang sehat.
· Hadapi dan terima (Qana’ah)
Hadapilah situasi yang dapat Anda kendalikan; berupayalah menerima situasi yang tidak dapat Anda kendalikan.
· Miliki rasa humor
Cobalah untuk tersenyum dan tertawa khususnya saat menghadapi saat yang sangat sulit. Carilah kejadian yang mengundang tawa dalam kegiatan sehari-hari. Rasa humor yang baik membantu seseorang memiliki pikiran, emosi, dan perilaku yang lebih positif.
· Catat hal baik
Setiap hari, catatlah tiga hal baik yang dialami dan ingat hal-hal yang buruk untuk diubah.
· Aturan sederhana
Jangan katakan apapun kepada diri Anda sesuatu yang tidak ingin Anda katakan ke orang lain.
Memang untuk bersikap optimistis sangatlah tidak mudah. Bencana alam, beban hidup, dan juga musibah bisa terjadi yang membuat banyak orang merasa sulit untuk berpikiran positif. Namun dengan berupaya bersikap optimis dan berpikir positif akan menghasilkan kehidupan yang lebih sehat dan lebih memuaskan.
Siapa saja yang seharusnya optimis
Masyarakat Harus Optimis
Orang optimis adalah orang yang berfikir bahwa rezeki di dunia ini begitu banyak, sehingga ia berusaha keras untuk meraihnya, ia yakin rezeki yang bayak itu pasti ia dapatkan, jika tak cepat, mungkin juga kurang cepat, namun ia yakin pasti mendapatkannnya, meski dengan melalui beberapa ketidakberhasilan.
Dalam hal berusaha, orang optimis bersedia menunda mengaharap hasil sampai waktu yang sesuai untuknya. Jadi, orang optimis bukan tukang utang. Ia dapat menikmati apa yang telah ia dapatkan, seraya mencari yang lain.
Pemeluk Agama Optimis
Dalam hal beragama, orang optimis hanya berfikir untuk mencari pahala dan berbuat baik untuk manusia lain. Orang beragama yang optimis tidak menyibukkan diri dengan mengkritik ibadah dan gaya hidup orang lain. Ia lebih banyak memberi jalan keluar dari orang lain, dan ia tak pernah menyalahkan siapapun meski memang salah, namun, ia mengajukan penyelesaian.
Orang optimis selalu merasa dirinya aman dan terlindung. Ia merasa semua orang adalah saudaranya. Hidup orang optimis adalah hidup orang yang bahagia. Ia selalu membantu orang lain keluar dari kesulitan, tetu saja sesuai kemampuannya. Ummat optimis lebih bayak mengingat surga dari neraka.
Pemimpin yang Optimis
Pemimpin optimis adalah pemimpin yang menganggap anggotanya selalu bersamanya untuk membangun organisasi. Pemimpin menganggap seluruh anggotanya adalah saudaranya. Pemimpin bertindak sebagai pengasuh, sebagai orang tua bagi seluruh anggota. Pemimpin yang begini adalah pemimpin yang diidolakan sepanjang zaman.
Penjabat kuasa yang optimis adalah pejabat yang berprinsip bahwa jabatannya sebagai amanah yang harus ia pertanggung jawabkan. Ia sadar bahwa ia diamanatkan. Pejabat optimis bertindak sebagai penunjuk jalan bagi kemajuan organisasi. Ia bekerjasama dengan segenap anggota yang beberapa orang lebih pandai dari dia. Kendati ia adalah orang nomor satu di, ia tahu, orang lain yang lebih pandai itu, mungkin saja tidak mau menjadi pejabat di kursinya sekarang. Pejabat optimis hanya ambil yang haknya saja.
Atasan Optimis
Atasan optimis adalah yang mampu membuat bawahannya bekerja maksimal. Atasan yang begini bisa membuat suasana tempat bekerja yang ia pimpin sebagai tempat yang penuh kegembiraan dan persaudaraan. Kehadirannya selalu dinantikan bawahan. Ia disayangi, bukan disegani, apalagi ditakuti. Ia mampu menyemangati siapapun, kendati keadaan perusahaannya sedang dalam masaalah besar. Ia selalu bisa menunjukkan peluang untuk maju. Dalam mulutnya selalu keluar kata ‘Ayo!” tak pernah mulutnya mengucapkan “Jangan!”
Manusia Optimis
Orang optimis mampu menghidupkan sebuah kampung yang telah mati. Ia bisa membuat sesuatu yang dibilang lingkungannya tak mungkin. Orang optimis bisa mempengaruhi bangsanya yang tertindas untuk menuntut merdeka. Ia seorant motivator handal dan ulung. Hidup bersama orang semacam ini adalah sebuah anugrah. Ada anugrah yang lebih besar, yakni, membuat diri kita menjadi optimis dalam segala hal. Optimis adalah sikap yang membuat seseorang menjadi pemenang.
Satu hal yang lebih menggembirakan, orang optimis bisa membuat orang di sekelilingnya ikut optimis, tetulah jika aura keoptimisannya lebih besar dari orang-orang tersebut. Jika ingin punya aura optimis yang besar, maka kita harus menguasai tehnik berkomunikasi yang efektif. Komunikasi efektif diperlukan karena budaya penduduk bumi bersumber darinya. Dan kita tahu, bapak moyang komunikasi adalah berbicara, selanjutnya barulah menulis.
Para orator ulung dan para penulis besar telah mengubah dunia dengan kemampuan berkomunikasi yang mereka miliki. Itu semua terjadi karena mereka telah berpikir optimis jauh-jauh hari sebelum ia dikenal orang. Saat ia mulai ke puncak pencapaiannya, amat banyak tantangan yang harus ia tundukkan. Ia terus berjalan di jalan yang telah ia pilih. Yang orang tahu hanyalah secuil keberhasilannya, sedangkan ratusan, bahkan ribuan ketidakberhasilannya tak dihiraukan lagi. Begitulah hasil pola pikir optimis.
Kesimpulan
Orang yang optimism selalu mengambil sisi-sisi positif dari segala hal yang dihadapi. Kendati begitu, optimisme kadang jadi becana. Optimisme yang begitu disebut optimisme buta. Optimisme semacam ini dipraktikkan tanpa pendukung yang memadai. Orang semacam ini disebut pemikir optimis, artinya optimis itu hanya dalam pemilirannya saja, namun ia tak menyediakan pendukung. Jika ini yang terjadi, dapat dipastikan, orang itu takkan berhasil. Optimis yang tepat adalah optimisme positif. Orang begini disebut peyakin positif. Bedanya hanya pada pendukung. Misalnya, jika diturunkan ke sebuah danau, pemikir positif langsung turun ke danau itu, ia menganggap danau itu dangkal dan ia bisa berenang walau tak pernah mempelajarinya. Sedangkan peyakin positif adalah orang yang telah belajar berenang, dan ia telah mencari tahu, berapa dalam danau itu.
Para pemikir positif sering membawa kehancuran, sedangkan para peyakin positif sering membawa kemajuan, kendati butuh waktu lebih lama. Misal dalam hal politik, politik praktis adalah cara berpolitik orang pesimis. Sedangkan politik manusiawi dipraktikkan peyakin positif.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Post