Sabtu, 07 Agustus 2010

Perbaedaan Antara Obesitas dan OverWeight

Banyak orang menganggap obesitas dan overweight itu sama. Tak jarang, orang mengatakan "obes" terhadap seseorang yang tampak gemuk. Padahal, jika indeks massa tubuhnya diukur, belum masuk kategori obesitas, tapi mungkin overweight. Kalau memang berbeda, apa sebenarnya yang membedakannya.







Sebagian orang heran dengan pertanyaan itu. Banyak yang menganggap overweight sama dengan obesitas. Obesitas itu ya kelebihan berat badan (overweight).





Perdebatan antara obesitas dan overweight sering terjadi di antara kita. Di berbagai negara, persoalan ini pun kerap ditemui. Meski kita menganggap tidak terlalu penting memahaminya, kalau keliru mengerti, kita pun bisa salah arah.



Kebanyakan dokter gizi seperti juga Dr. Cindiawaty Pudjiadi, Sp.GK MARS, MS, memahami obesitas berbeda dengan overweight. Bila diterjemahkan, obesitas lebih berarti kegemukan. Ini merupakan keadaan menumpuknya lemak tubuh secara berlebih, sehinaga berat badan seseorang jauh di atas normal.



Sementara itu, overweight lebih diartikan sebagai "kelebihan berat badan". Ini merupakan keadaan berlebihnya berat badan seseorang di atas normal, tidak jauh melampaui berat badan normal.



Badan Kesehatan Dunia, WHO (World Health Organization) juga membedakan kedua hal ini. Disebutkan "The fundamental cause of obesity and overweight is an energy imbalance between calories consumed on one hand, and calories expended on the other hand. "



Jadi jelas, pernyataan ini menyelesaikan kontroversi. Obesitas berbeda dengan overweight.





Agar tidak membingungkan, WHO menetapkan alat ukur yang bisa digunakan para dokter atau ahli gizi di seluruh dunia, BMI (body mass index) atau indeks massa tubuh (IMT). IMT didapat dengan cara membagi berat badan (kg) dengan kuadrat dari tinggi badan (meter). Nilai BMI yang didapat tidak tergantung pada umur dan jenis kelamin.



Memang, BMI memiliki kekurangan karena tidak dapat digunakan pada anak-anak yang masih dalam masa pertumbuhan. BMI juga tidak dapat diterapkan untuk wanita hamil dan orang yang sangat berotot seperti atlet.



Dalam standar WHO, batasan tentang kelebihan berat badan dan obesitas diketahui dengan cut off point (nilai maksimum) sebagai berikut: bila BMI seseorang sama dengan 25,1-30, artinya dia termasuk dalam kelompok kelebihan berat badan. Bila BMI seseorang lebih dari 30, artinya orang tersebut masuk dalam kelompok obesitas.



Para ahli sedang mencoba menemukan klasifikasi BMI untuk penduduk Asia. Hasil penelitian di Singapura menunjukkan bahwa orang Singapura dengan BMI 27-28 mempunyai lemak tubuh sama dengan orang-orang kulit putih dengan BMI 30.



Pada orang India, peningkatan BMI dari 22 menjadi 24 dapat meningkatkan prevalensi DM menjadi 2 kali lipat, dan prevalensi ini naik menjadi 3 kali lipat pada orang dengan BMI 28.



Seseorang bisa dikatakan overweight bila BMI-nya sama dengan atau lebih dari 23. Sementara bila BMI-nya sudah mencapai 25,0-29,9 kg/m2, orang tersebut sudah memasuki tahap obesitas I, di atas poin ini, disebut obesitas II.



Ukur ungkar pinggang



Hasil BMI juga perlu dikombinasi dengan pengukuran jumlah massa lemak di perut. Caranya dengan mengukur lingkar pinggang. Seseorang yang memiliki lingkar pinggang lebih besar dari 90 cm (untuk pria) dan 80 cm (untuk wanita) harus berhati-hati dengan risiko obesitas.



Pengukuran jumlah massa lemak perut ini penting sekali karena lemak yang berada di sekitar perut berisiko lebih tinggi dibandingkan dengan lemak di paha atau bagian tubuh yang lain.



Prof. DR. Dr. Askandar Tjokroprawiro, Sp.PD-KEMD, dari Pusat Diabetes dan Nutrisi Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga, menyebutkan bahwa pengukuran lingkar pinggang (waist circumference-WC) dan rasio pinggang dan paha (waist-to-hip ratio-WHR) memang kerap digunakan sebagai indikator obesitas. Namun, kebanyakan penelitian menyebutkan WC lebih baik daripada WHR karena sangat terkait dengan risiko kardiovaskular. Lemak perut (asam lemak bebas) sangat mudah meracuni organ hati yang menyebabkan munculnya resistensi insulin, hiperinsulinemia, dan beragam gangguan lain.



Makin Rentan Dihinggapi Penyakit



Apa yang bisa menyusul apabila berat badan terus-terusan berlebihan? Banyak gangguan kesehatan akan datang terkait kondisi overweight, diantaranya:



* • Diabetes melitus.

Lebih dari 85 persen orang dengan diabetes tipe 2 mengalami overweight. Diduga kelebihan berat badan membuat sel-sel berubah sehingga resisten terhadap hormon insulin. Akibatnya kadar gula dalam darah menjadi tinggi.

* • Sleep apnea (henti napas saat tidur).

Orang yang gemuk bisa jadi terdapat kelebihan lemak di sekitar lehernya, sehingga aliran napas menyempit. Karena itu, bernapas menjadi sulit, lalu mendengkur, atau terjadi henti napas. Tumpukan lemak itu juga memicu produksi zat penyebab peradangan, dan kondisi ini menjadi faktor risiko sleep apnea.

* • Osteoartritis.

Badan yang gemuk akan memberi tekanan ekstra pada kartilase dan persendian, sehingga bisa cepat rusak. Timbunan lemak juga akan memicu terjadinya peradangan. Peradangan pada persendian adalah faktor risiko untuk osteoartritis.

* • Gangguan kandung kemih.

Kelebihan berat badan karena tumpukan lemak akan memicu terjadinya batu pada kandung kemih. Overweight juga membuat kandung kemih mengalami pembesaran, sehingga tidak bisa bekerja dengan baik.

* • Sindroma metabolik.

Gemuk terutama di daerah perut dan kurang olahraga adalah faktor risiko untuk kondisi ini. Dikatakan sindroma metabolik jika seseorang mengalami beberapa hal ini, lingkar pinggang lebih dari 90 cm (pria) dan lebih dari 80 cm (wanita), trigliserida tinggi (>150 mg/dL), HDL rendah (

* • Penyakit jantung koroner (PJK).

Adanya sindroma metabolik, membuat risiko terkena PJK dan stroke makin tinggi. Peradangan pada pembuluh darah yang sering dipicu oleh timbunan lemak juga menjadi faktor risiko PJK.

* • Kanker.

Kelebihan berat badan akan meningkatkan risiko terkena kanker, terutama kanker kolon, esofagus, dan ginjal. Pada wanita menopause juga berkaitan dengan kanker payudara dan rahim. Belum diketahui sebab pastinya, tapi diduga karena sel-sel lemak melepaskan hormon yang memengaruhi pertumbuhan sel-sel tubuh, yang mengarah pada kanker.





Dunia pun Memerangi Kegemukan

Kegemukan sudah dipandang sebagai epidemi, terutama di negara maju, seperti AS dan beberapa negara di Eropa. Menurut laporan Newsweek edisi online, sepertiga anak-anak AS mengalami kegemukan dan diperlukan biaya miliaran dolar untuk mengatasi penyakit terkait kegemukan seperti diabetes, penyakit jantung, dan kanker.



Itu sebabnya ibu negara Michelle Obama pun bergiat memerangi kegemukan. Ia ikut berupaya memampukan orangtua, anak-anak, guru, dan masyarakat untuk lebih peduli kesehatan dan melawan kegemukan. Februari lalu Michelle meresmikan Program Let's Move, yang mengajak masyarakat untuk kembali ke makanan sehat dan aktif secara fisik.Di Inggris, kegemukan atau kelebihan berat badan yang dialami 1 dari 4 anak juga dinilai bagai bom waktu, sehingga semakin menjadi perhatian pemerintah. Lahirlah program-program makanan sehat, juga kembali menghidupkan kebiasaan lama yang menyehatkan seperti jalan kaki ke sekolah, bermain di luar ruang sebagai pengganti nonton televisi, main games, atau bergaul dengan internet.



Di Singapura, untuk bisa diterima di sekolah favorit, tidak hanya diperlukan kecerdasan dan kemampuan secara ekonomi. Anak-anak juga harus dalam kondisi sehat yang salah satunya tampak pada berat badan yang normal. Kegemukan juga ditemukan pada 1 dari 5 anak di Cina. Sejak kehadiran resto cepat saji dari AS dan kurangnya gerak, saat ini kondisi anak-anak di Cina lebih lemah dan lebih lamban dibandingkan dengan kondisi 10 tahun lalu.



Untuk mengantisipasi kondisi tersebut, selain berenang, kegiatan menari juga dimasukkan ke dalam kurikulum di sekolah-sekolah. Bahkan, dirancang tarian yang berbeda untuk siswa sekolah dasar, menengah pertama, dan menengah atas.



Apakah Anda Overweight?



Untuk mengukur berat badan berlebih atau tidak, yang paling tepat saat ini yakni berpatokan pada Body Mass Index (BMI) atau Indeks Massa Tubuh (IMT). Rumusan IMT adalah berat badan (dalam kilogram) dibagi tinggi (dalam meter) pangkat dua.



Contoh: Jika berat 75 kg dan tinggi 170 cm.

IMT = 75 : (1,7 X 1,7) = 75 : 2,89 = 26 (overweight).



Kategori hasil pengukuran IMT:



* • underweight parah jika IMT-nya 14,0-16,0

* • underweight 17,0-18,4

* • berat normal 18,5-25,0

* • overweight 25,1-30,0

* • obese 30,1-40,0

* • clinically obese > 40



So Gimana gan apakah ente kelebihan berat bedan atau kegemukan?





http://www.kaskus.us/showthread.php?t=4919842

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Post